Selasa, 31 Januari 2012

DASAR DAN POKOK PENDIDIKAN

 DASAR DAN POKOK PENDIDIKAN



A.    Dasar dan pokok pendidikan
1.        Berdasarkan  UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tertulis “ tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Hal ini berarti bahwa tiap warga negara tanpa kecuali, dalam keadaan bagaimanapun berhak mendapatkan pendidikan untuk maju, tumbuh dan berkembang.
2.        Bagi mereka yang tunarungu mendapat pelayanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa bagian B atau biasa dikenal dengan  sebutan SLB/B. Masalah ketunarunguan tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : kurang dengar dan tuli.
Bagi mereka yang kurang dari 90dB digolongkan kurang dengar, dan yang lebih dari 90dB digolongkan tuli. Batas tersebut terletak pada 90dB (Desibel) menurut Fletcher Indek pada audiometer sebuah alat pengetes pendengaran.
3.        Dalam pelaksanaan pendidikan SLB/B Karya Bakti belum mengelompokkan jenis ketunarunguan,  karena keterbatasan sarana dan prasarana. SLB/B Karya Bakti menggunakan Metode Bicara Murni. Walaupun tidak menutup kemungkinan muncul bahasa-bahasa isyarat alami dalam arti bahwa bahasa isyarat tersebut muncul dari siswa sendiri tanpa diajarkan oleh guru. Sedangkan isyarat yang terdapat di dilayar televisi adalah isyarat hasil rekayasa orang dengar.
4.        Karena kurang fungsinya indera pendengaran , anak tunarungu tidak mampu berkomunikasi dengan  masyarakat akibatnya mereka menjadi terpisah dari masyarakat yang mendengar. SLB/B Karya Bakti berusaha menghilangkan jurang pemisah tersebut dengan cara memberi bahasa bicara. Dengan cara mengajak sesering mungkin bercakap-cakap berdasarkan pengalaman, kejadian, serta peristiwa-peristiwa yang mereka alamai sehari-hari.
5.        SLB/B Karya Bakti menerapkan metode ORAL yang artinya tanpa menggunakan bahasa isyarat . Hal ini dengan harapan anak tuna rungu menjadi manusiawi.

B.     Sistem Pengajaran Berbahasa
Dalam hal ini SLB/B Karya Bakti menggunakan istilah “BERBAHASA”  karena kami lebih mengutamakan cara, keaktifan, dan kemampuan anak dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan bahasa. Ketrampilan berbahasa tidaklah mudah bagi anak tunarungu . Salah satu penyebabnya adalah karena perkembangan bahasa ibu dimulai tidak tepat waktunya. Pada usia 5 atau 6 tahun saat mereka masuk sekolah, kami mulai menerapkan penguasaan berbahasa yang berawal dari pengenalan nama dan bentuk-bentuk permainan.  Disamping itu membaca bibir, latihan mendengar, berbicara, membaca. Menulis juga diperhatikan terus menerus karena hal tersebut merupakan pelajaran pendukung.

Proses pengajaran yang berdasarkan pada bidang penguasaan berbahasa diwujudkan dengan percakapan. Tiap anak terlibat dalam percakapan dan dengan serta merta mengemukakan perkiraannya dalam bentuk bahasa. Percakapan ini berlangsung dengan melibatkan pertukaran pendapat serta  menggunakan bahasa percakapan. Dengan percakapan anak dilatih menjadi manusia bicara  dan berpikir.

Berawal dari percakapan yang berkisar pada peristiwa dan pengalaman, anak diarahkan ke pelajaran membaca. Dengan membaca anak memperoleh gagasan baru. Untuk tahap awal bacaan diangkat dari percakapan anak yang telah diperluas dan dikembangkan oleh guru. Jadi peran guru adalah mengolah, mengangkat percakapan anak menjadi suatu ilmu.

Untuk itu diperlukan kreativitas yang tinggi dari guru, disamping dedikasi serta wawasan luas. Jelas bahwa sesungguhnya guru anak tunarungu itu mengemban tugas yang tidak ringan. Karena tidak sembarang guru bisa mengajar  anak tunarungu.

C.     Metode Pengajaran
Sampai dengan saat ini SLB/B Karya Bakti masih mempertahankan metode pengajaran yang khas sehingga membuat lembaga ini berbeda dengan lembaga pendidikan yang lainnya untuk anak tuna rungu di Indonesia. Metode pengajaran yang dipakai adalah mengambil gagasan dari ahli pendidikan tunarungu Dr. A. Van Uden, yang berdasarkan oral. Metode ini melatih anak tuna rungu untuk mengunkapkan pikiran , perasaan dan kemauan dengan bahasa. Melalui metode oral anak tunarungu yang sejak dari balita tidak memiliki bahasa, sedikit demi sedikit menguasai bahasa ibu, sampai akhirnya menguasai bahasa ilmu.

a.      Tingkat Prasekolah
Tujuan : agar siswa dapat berbicara, menulis dan membaca.
Tingkat Prasekolah menerima anak yang berumur  minimal 5 tahun.
Lama pendidikan Prasekolah 3 tahun dengan cara mengajar:
o      Latihan identifikasi ( gambar dan tulisan)
o      Bacaan sederhana sesuai dengan hasil percakapan yang sudah diolah oleh guru sehingga menarik.

b.      Tingkat Dasar
Tujuan:
Ø   Anak dapat mengutarakan isi hati dengan bahasa lisan dan menangkap    pembicaraan orang lain.
Ø   Dapat berkomunikasi secara lisan dengan sesama
Ø   Menentukan dengan tepat salah satu kejuruan yang sesuai dengan bakat dan       kemampuan.


Lama pendidikan 6 tahun, dan dikelompokkan menjadi :
·                Tingkat dasar rendah              : kelas 1 - 3
·                Tingkat dasar tinggi                : kelas 4 – 6
Pada tingkat dasar rendah yang diutamakan adalah bidang studi berbahasa baik lisan maupun tertulis, sedangkan matematika hanya pelengkap.
Pada dasar tinggi diajarkan Bahasa, Matematika, IPA,IPS,  dan Agama.
Selain bidang studi diatas, juga diberi pelajaran menggambar, hasta karya dan olah raga. Di luar jam sekolah mereka masih mendapat latihan seni tari.
c.       Tingkat Kejuruan
Tujuan : Mendidik para siswa agar mereka dapat menjadi tukang yang terampil sesuai dengan ketrampilan yang diperoleh serta dapat berdikari  hidup bermasyarakat.
Lama pendidikan 4 tahun. Selama 3 tahun siswa mendapat pelajaran teori dan praktek di sekolah. Pada tahun ke 4 siswa mencari penglaman kerja.

2 komentar: