GURU DAN KARYAWAN DON BOSCO WONOSOBO

Siap Memberikan Pelayanan Yang Terbaik dan Tertepat Bagi Anak Didik Tunarungu

DON BOSCO WONOSOBO

Datanglah, Kami Siap Memberikan dan Mengarahkan Anak Didik Yang Bermasalah

PRESTASI YANG DIRAIH

Selalu Mengasah Bakat Dan Potensi Anak Didik

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Selalu Mengarahkan Dan Membimbing Siswa Tunarungu Agar Mampu Hidup Mandiri

PENTAS SENI DAN PENGHARGAAN

Mengasah Bakat dan Kelebihan Anak Didik Sehingga Anak Didik Dapat Berkembang Dengan Optimal

Kamis, 14 Juni 2012

SEJARAH SLB/B KARYA BAKTI WONOSOBO - INDONESIA



Pada tahun 1936 para suster Putri Maria dan Yosef ( suster PMY) telah membuka sekolah LPATR Dena Upakara di jalan Mangli Wonosobo. Pada awalnya mereka mengajar putra-putri. Baru berjalan selama 2 tahun, usaha mulia itu terganggu perang dunia II dengan segala akibatnya. Setelah situasi kembali lebih kondusif, para suster kembali membuka pintu sekolah dan mengajar untuk bekerjasama, dengan Bruder Karitas agar para Bruder Karitas mau mendirikan sekolah untuk anak tunarungu, karena sangat dibutuhkan tenaga untuk putra. Permohonan itu menjadi realita pada tahun 1955.









Pada tahun 1953 Tarekat/Kongregasi Bruder Karitas (FC) mengambil keputusan untuk membuka lembaga anak tuli bagian putra di Wonosobo, yang berada tidak jauh dari LPATR Dena Upakara, yang sekarang khusus mendidik anak-anak tuna rungu putri. Sarana dan prasarana untuk lembaga ini dipersiapkan di Wonosobo. Pada tanggal 8 Desember 1955 para Bruder Karitas membuka lembaga ini dan untuk memulai berkarya.
Pada bulan pertama setelah kedatangan mereka, para bruder mempersiapkan gedung dan sarana lainnya sehingga bisa digunakan, yaitu : Satu ruangan untuk Bruder, sedangkan kamar tidur mereka di kantor dan asrama. Mereka juga mempersiapkan kamar tidur, kamar makan, kamar mandi, kamar pengasuh, kamar sakit, dapur dan enam ruang kelas dan kantor sekolah. Setelah semua disiapkan, pada tanggal 8 Januari 1956, tiga puluh enam anak putra pindah dari LPATR Dena Upakara ke LPATR Don Bosco. Satu hari kemudian, Senin, 9 Januari 1959 pintu-pintu sekolah dibuka untuk pertama kali dengan kegiatan belajar mengajar dimulai.
     Perkembangan selanjutnya berkat kasih karunia Tuhan Yang Maha Esa, tahun demi tahun jumlah murid, pendidik, dan karyawan lainnya bertambah banyak sehingga bangunan perlu diperluas, baik untuk keperluan sekolah dan asrama maupun untuk kantor, kamar tamu, ruang pendidik dan juga untuk para bruder.
 Pada bulan Juni  1960 murid-murid pertama menamatkan tingkat dasar.      Berdasarkan pendapat para staf pendidik bahwa pendidikan tidak cukup kalau hanya bisa membaca, berhitung dan menulis, maka sekolah diperluas dengan bagian teknik. Tujuannya agar siswa dibekali ketrampilan untuk masa yang akan datang/masa depan. Maka bulan Agustus 1960 Sekolah Teknik Luar Biasa (STLB) dibuka dan siswa–siswa mengikuti pendidikan di bagian sepatu dan tenun. Bagi siswa yang ingin menjadi penjahit mengikuti pelajaran dikota.

Memperhatikan perkembangan di Indonesia dan demi kemajuan anak-anak tuna rungu, maka terjadi perubahan pada bagian teknik :
v  Bagian Tenun                  : Dibuka tahun 1960 ditutup tahun 1970
v  Bagian Sepatu                 : Dibuka tahun 1960 ditutup tahun 1971
v  Bagian Listrik                  : dibuka tahun 1969 ditutup tahun 1981
v  Bagian Besi                     : Dibuka tahun 1960 - sekarang
v  Bagian Jahit                    : Dibuka tahun 1970 - sekarang
v  Bagian Kayu                    : Dibuka tahun 1974 - sekarang
            Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, staf lembaga mengubah status sekolah menjadi SLB-B “UTUH” artinya sekolah diakui penuh. Adapun lamanya jenjang pendidikan setiap tingkat yaitu :
v  Tingkat Prasekolah        : Selama 2 tahun
v  Tingkat Dasar                : Selama 8 tahun
v  Tingkat Kejuruan           : Selama 4 Tahun       
            Hal ini diterima dan disetujui oleh Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun ajaran baru, dibuka tingkat Prasekolah dan namanya berubah menjadi SLB/B Karya Bakti.
            Semenjak tahun 2004  jenjang pendidikan di SLB/B Karya Bakti berubah yaitu:
v  Tingkat Prasekolah menjadi  3 tahun
v   Tingkat Dasar menjadi 6 tahun
v  Tingkat Kejuruan tetap 4 tahun

            Jabatan Kepala Sekolah sejak berdiri sampai dengan sekarang adalah :
Ø  Tahun 1956 – 1967                : Bro. Theo Zoontjens
Ø  Tahun 1967- 1989                  : Bro. Petrus Hendriks
Ø  Tahun 1989-1999                   : Bapak  A.  Santosa, BA
Ø  Tahun 1999-2009                   : Bapak Yulius Ratno, S.Pd
Ø  Tahun 2009- sekarang           : Ibu. Agnes Siti Saptaningsih, S.Pd
            Jika pada awal mula jumlah pendidik hanya 3 orang, maka sekarang sudah menjadi 30 orang yang berkarya di sekolah.
            Perubahan jabatan direktur Lembaga:
Ø  Tahun 1955 – 1969                 : Bro. Benignus .FC
Ø  Tahun 1969- 1993                   : Bro. Petrus Hendriks.FC
Ø  Tahun 1993-2000                    : Bro. Adrianus.FC
Ø  Tahun  2000-2005                   : Bro. Albertus Susamto.FC
Ø  Tahun  2005- sekarang           : Bro. Marcellinus.FC

Selasa, 31 Januari 2012

DASAR DAN POKOK PENDIDIKAN

 DASAR DAN POKOK PENDIDIKAN


A.    Dasar dan pokok pendidikan
1.        Berdasarkan  UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tertulis “ tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Hal ini berarti bahwa tiap warga negara tanpa kecuali, dalam keadaan bagaimanapun berhak mendapatkan pendidikan untuk maju, tumbuh dan berkembang.
2.        Bagi mereka yang tunarungu mendapat pelayanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa bagian B atau biasa dikenal dengan  sebutan SLB/B. Masalah ketunarunguan tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : kurang dengar dan tuli.
Bagi mereka yang kurang dari 90dB digolongkan kurang dengar, dan yang lebih dari 90dB digolongkan tuli. Batas tersebut terletak pada 90dB (Desibel) menurut Fletcher Indek pada audiometer sebuah alat pengetes pendengaran.
3.        Dalam pelaksanaan pendidikan SLB/B Karya Bakti belum mengelompokkan jenis ketunarunguan,  karena keterbatasan sarana dan prasarana. SLB/B Karya Bakti menggunakan Metode Bicara Murni. Walaupun tidak menutup kemungkinan muncul bahasa-bahasa isyarat alami dalam arti bahwa bahasa isyarat tersebut muncul dari siswa sendiri tanpa diajarkan oleh guru. Sedangkan isyarat yang terdapat di dilayar televisi adalah isyarat hasil rekayasa orang dengar.
4.        Karena kurang fungsinya indera pendengaran , anak tunarungu tidak mampu berkomunikasi dengan  masyarakat akibatnya mereka menjadi terpisah dari masyarakat yang mendengar. SLB/B Karya Bakti berusaha menghilangkan jurang pemisah tersebut dengan cara memberi bahasa bicara. Dengan cara mengajak sesering mungkin bercakap-cakap berdasarkan pengalaman, kejadian, serta peristiwa-peristiwa yang mereka alamai sehari-hari.
5.        SLB/B Karya Bakti menerapkan metode ORAL yang artinya tanpa menggunakan bahasa isyarat . Hal ini dengan harapan anak tuna rungu menjadi manusiawi.

B.     Sistem Pengajaran Berbahasa
Dalam hal ini SLB/B Karya Bakti menggunakan istilah “BERBAHASA”  karena kami lebih mengutamakan cara, keaktifan, dan kemampuan anak dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan bahasa. Ketrampilan berbahasa tidaklah mudah bagi anak tunarungu . Salah satu penyebabnya adalah karena perkembangan bahasa ibu dimulai tidak tepat waktunya. Pada usia 5 atau 6 tahun saat mereka masuk sekolah, kami mulai menerapkan penguasaan berbahasa yang berawal dari pengenalan nama dan bentuk-bentuk permainan.  Disamping itu membaca bibir, latihan mendengar, berbicara, membaca. Menulis juga diperhatikan terus menerus karena hal tersebut merupakan pelajaran pendukung.

Proses pengajaran yang berdasarkan pada bidang penguasaan berbahasa diwujudkan dengan percakapan. Tiap anak terlibat dalam percakapan dan dengan serta merta mengemukakan perkiraannya dalam bentuk bahasa. Percakapan ini berlangsung dengan melibatkan pertukaran pendapat serta  menggunakan bahasa percakapan. Dengan percakapan anak dilatih menjadi manusia bicara  dan berpikir.

Berawal dari percakapan yang berkisar pada peristiwa dan pengalaman, anak diarahkan ke pelajaran membaca. Dengan membaca anak memperoleh gagasan baru. Untuk tahap awal bacaan diangkat dari percakapan anak yang telah diperluas dan dikembangkan oleh guru. Jadi peran guru adalah mengolah, mengangkat percakapan anak menjadi suatu ilmu.

Untuk itu diperlukan kreativitas yang tinggi dari guru, disamping dedikasi serta wawasan luas. Jelas bahwa sesungguhnya guru anak tunarungu itu mengemban tugas yang tidak ringan. Karena tidak sembarang guru bisa mengajar  anak tunarungu.

C.     Metode Pengajaran
Sampai dengan saat ini SLB/B Karya Bakti masih mempertahankan metode pengajaran yang khas sehingga membuat lembaga ini berbeda dengan lembaga pendidikan yang lainnya untuk anak tuna rungu di Indonesia. Metode pengajaran yang dipakai adalah mengambil gagasan dari ahli pendidikan tunarungu Dr. A. Van Uden, yang berdasarkan oral. Metode ini melatih anak tuna rungu untuk mengunkapkan pikiran , perasaan dan kemauan dengan bahasa. Melalui metode oral anak tunarungu yang sejak dari balita tidak memiliki bahasa, sedikit demi sedikit menguasai bahasa ibu, sampai akhirnya menguasai bahasa ilmu.

a.      Tingkat Prasekolah
Tujuan : agar siswa dapat berbicara, menulis dan membaca.
Tingkat Prasekolah menerima anak yang berumur  minimal 5 tahun.
Lama pendidikan Prasekolah 3 tahun dengan cara mengajar:
o      Latihan identifikasi ( gambar dan tulisan)
o      Bacaan sederhana sesuai dengan hasil percakapan yang sudah diolah oleh guru sehingga menarik.

b.      Tingkat Dasar
Tujuan:
Ø   Anak dapat mengutarakan isi hati dengan bahasa lisan dan menangkap    pembicaraan orang lain.
Ø   Dapat berkomunikasi secara lisan dengan sesama
Ø   Menentukan dengan tepat salah satu kejuruan yang sesuai dengan bakat dan       kemampuan.


Lama pendidikan 6 tahun, dan dikelompokkan menjadi :
·                Tingkat dasar rendah              : kelas 1 - 3
·                Tingkat dasar tinggi                : kelas 4 – 6
Pada tingkat dasar rendah yang diutamakan adalah bidang studi berbahasa baik lisan maupun tertulis, sedangkan matematika hanya pelengkap.
Pada dasar tinggi diajarkan Bahasa, Matematika, IPA,IPS,  dan Agama.
Selain bidang studi diatas, juga diberi pelajaran menggambar, hasta karya dan olah raga. Di luar jam sekolah mereka masih mendapat latihan seni tari.
c.       Tingkat Kejuruan
Tujuan : Mendidik para siswa agar mereka dapat menjadi tukang yang terampil sesuai dengan ketrampilan yang diperoleh serta dapat berdikari  hidup bermasyarakat.
Lama pendidikan 4 tahun. Selama 3 tahun siswa mendapat pelajaran teori dan praktek di sekolah. Pada tahun ke 4 siswa mencari penglaman kerja.

VISI, MISI DAN TUJUAN SLB-B KARYA BAKTI (DON BOSCO)


Tujuan Pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dalam masyarakat atau mengikuti pendidikan lebih lanjut, secara khusus akan dituangkan sesuai dengan Visi dan Misi Sekolah.
A.        Visi Misi
Visi:
Terwujudnya kemandirian, berakhlak mulia, berkualitas, mampu bersosialisasi, cerdas dan trampil.

B.        Misi:
Membantu meletakan dasar bahasa kearah perkembangan sikap atau perilaku, ketrampilan, kognitif, fisik  motorik dan seni yang diperlukan anak didik untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

C.        TUJUAN
Pada akhir tahun pelajaran 2010/2011 adalah :
a.      100% peserta didik baru dapat lulus SDLB
b.      Peningkatan skor rata-rata pelajaran ada peningkatan.
c.       Olah raga lari ada yang menjadi juara tingkat Nasional
d.      Semua siswa menanamkan kesopanan dan kedisiplinan
e.      Semua siswa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
D.       INDIKATOR
1.         Para siswa mampu melaksanakan ibadah agamanya sesuai dengan agama masing-masing tanpa dipaksa
2.         Minat bicara meningkat, Nampak dalam pergaulan dengan sesama tunarungu atau dengan orang berpendengaran normal
3.         Minat belajar dalam bidang akademik meningkat, Nampak pada hasil ujian NEM lebih  baik.
4.         Ketrampilan kerja yang dipelajari di Sekolah dapat dipakai untuk hidup mandiri.
5.         Ada rasa kebersamaan antar sesama siswa dan warga sekolah.

SEJARAH SLB/B KARYA BAKTI WONOSOBO - INDONESIA


Pada tahun 1936 para suster Putri Maria dan Yosef ( suster PMY) telah membuka sekolah LPATR Dena Upakara di jalan Mangli Wonosobo. Pada awalnya mereka mengajar putra-putri. Baru berjalan selama 2 tahun, usaha mulia itu terganggu perang dunia II dengan segala akibatnya. Setelah situasi kembali lebih kondusif, para suster kembali membuka pintu sekolah dan mengajar untuk bekerjasama, dengan Bruder Karitas agar para Bruder Karitas mau mendirikan sekolah untuk anak tunarungu, karena sangat dibutuhkan tenaga untuk putra. Permohonan itu menjadi realita pada tahun 1955.

Pada tahun 1953 Tarekat/Kongregasi Bruder Karitas (FC) mengambil keputusan untuk membuka lembaga anak tuli bagian putra di Wonosobo, yang berada tidak jauh dari LPATR Dena Upakara, yang sekarang khusus mendidik anak-anak tuna rungu putri. Sarana dan prasarana untuk lembaga ini dipersiapkan di Wonosobo. Pada tanggal 8 Desember 1955 para Bruder Karitas membuka lembaga ini dan untuk memulai berkarya.

Pada bulan pertama setelah kedatangan mereka, para bruder mempersiapkan gedung dan sarana lainnya sehingga bisa digunakan, yaitu : Satu ruangan untuk Bruder, sedangkan kamar tidur mereka di kantor dan asrama. Mereka juga mempersiapkan kamar tidur, kamar makan, kamar mandi, kamar pengasuh, kamar sakit, dapur dan enam ruang kelas dan kantor sekolah. Setelah semua disiapkan, pada tanggal 8 Januari 1956, tiga puluh enam anak putra pindah dari LPATR Dena Upakara ke LPATR Don Bosco. Satu hari kemudian, Senin, 9 Januari 1959 pintu-pintu sekolah dibuka untuk pertama kali dengan kegiatan belajar mengajar dimulai.

     Perkembangan selanjutnya berkat kasih karunia Tuhan Yang Maha Esa, tahun demi tahun jumlah murid, pendidik, dan karyawan lainnya bertambah banyak sehingga bangunan perlu diperluas, baik untuk keperluan sekolah dan asrama maupun untuk kantor, kamar tamu, ruang pendidik dan juga untuk para bruder.

 Pada bulan Juni  1960 murid-murid pertama menamatkan tingkat dasar.      Berdasarkan pendapat para staf pendidik bahwa pendidikan tidak cukup kalau hanya bisa membaca, berhitung dan menulis, maka sekolah diperluas dengan bagian teknik. Tujuannya agar siswa dibekali ketrampilan untuk masa yang akan datang/masa depan. Maka bulan Agustus 1960 Sekolah Teknik Luar Biasa (STLB) dibuka dan siswa–siswa mengikuti pendidikan di bagian sepatu dan tenun. Bagi siswa yang ingin menjadi penjahit mengikuti pelajaran dikota.

Memperhatikan perkembangan di Indonesia dan demi kemajuan anak-anak tuna rungu, maka terjadi perubahan pada bagian teknik :
v  Bagian Tenun            : Dibuka tahun 1960 ditutup tahun 1970
v  Bagian Sepatu           : Dibuka tahun 1960 ditutup tahun 1971
v  Bagian Listrik            : dibuka tahun 1969 ditutup tahun 1981
v  Bagian Besi               : Dibuka tahun 1960 - sekarang
v  Bagian Jahit               : Dibuka tahun 1970 - sekarang
v  Bagian Kayu              : Dibuka tahun 1974 - sekarang
            Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, staf lembaga mengubah status sekolah menjadi SLB-B “UTUH” artinya sekolah diakui penuh. Adapun lamanya jenjang pendidikan setiap tingkat yaitu :
v  Tingkat Prasekolah        : Selama 2 tahun
v  Tingkat Dasar                : Selama 8 tahun
v  Tingkat Kejuruan           : Selama 4 Tahun       

            Hal ini diterima dan disetujui oleh Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun ajaran baru, dibuka tingkat Prasekolah dan namanya berubah menjadi SLB/B Karya Bakti.

            Semenjak tahun 2004  jenjang pendidikan di SLB/B Karya Bakti berubah yaitu:
v  Tingkat Prasekolah menjadi  3 tahun
v   Tingkat Dasar menjadi 6 tahun
v  Tingkat Kejuruan tetap 4 tahun

            Jabatan Kepala Sekolah sejak berdiri sampai dengan sekarang adalah :
Ø  Tahun 1956 – 1967                : Bro. Theo Zoontjens
Ø  Tahun 1967- 1989                  : Bro. Petrus Hendriks
Ø  Tahun 1989-1999                   : Bapak  A.  Santosa, BA
Ø  Tahun 1999-2009                   : Bapak Yulius Ratno, S.Pd
Ø  Tahun 2009- sekarang          : Ibu. Agnes Siti Saptaningsih, S.Pd

            Jika pada awal mula jumlah pendidik hanya 3 orang, maka sekarang sudah menjadi 30 orang yang berkarya di sekolah.

            Perubahan jabatan direktur Lembaga:
Ø  Tahun 1955 – 1969                 : Bro. Benignus .FC
Ø  Tahun 1969- 1993                   : Bro. Petrus Hendriks.FC
Ø  Tahun 1993-2000                    : Bro. Adrianus.FC
Ø  Tahun  2000-2005                   : Bro. Albertus Susamto.FC
Ø  Tahun  2005- sekarang           : Bro. Marcellinus.FC